Honda, sebuah produsen kendaraan asal Jepang, telah mengkonfirmasi adanya serangan cyber yang menyerang jaringan perusahaan mereka, termasuk sistem produksi di luar Jepang.
Dalam sebuah pernyataan, juru bicara Honda mengatakan “Honda dapat mengkonfirmasi bahwa serangan cyber telah terjadi di jaringan Honda, Kami juga dapat mengonfirmasi bahwa tidak ada pelanggaran data pada saat ini.”
Mereka menambahkan, “Pekerjaan sedang dilakukan untuk meminimalkan dampak dan mengembalikan fungsionalitas kegiatan produksi, penjualan dan pengembangan secara menyeluruh. Pada titik ini, kami melihat dampak bisnis yang rendah”.
Perusahaan mengatakan telah mengalami kesulitan untuk mengakses server, email dan sistem internal dan ada juga dampak pada sistem produksi di luar Jepang. Dikatakan bahwa “server internal” telah diserang secara eksternal dan “virus” telah menyebar – namun mereka tidak akan mengungkap rincian lebih lanjut untuk alasan keamanan.
Perusahaan telah mengkonfirmasi bahwa pekerjaan di pabrik Inggris telah dihentikan bersamaan dengan penangguhan operasi lain di Amerika Utara, Turki, Italia dan Jepang. Namun, ia menambahkan bahwa pihaknya berharap beberapa situs yang terkena dampak akan kembali online hari ini atau akhir minggu ini.
Beberapa pakar keamanan cyber mengatakan serangan cyber yang menimpa Honda seperti serangan ransomware, yang berarti peretas mungkin telah mengenkripsi data atau mengunci Honda dari beberapa sistem TI-nya.
“Sepertinya kasus ransomware Ekans digunakan,” kata Morgan Wright, kepala penasihat keamanan di perusahaan keamanan Sentinel One. ‘Ekans, atau Snake ransomware, dirancang untuk menyerang jaringan sistem kontrol industri. Fakta bahwa Honda menahan produksi dan mengirim pekerja pabrik pulang dapat mengacu pada adanya gangguan sistem manufaktur mereka.’
Tidak diketahui bagaimana para pelaku cyber menyusup ke sistem komputer Honda, tetapi penelitian menunjukkan bahwa serangan ransomware sedang meningkat dengan para peretas yang menggunakan umpan terkait Covid-19 untuk mengelabui para korban agar mengunduh dokumen-dokumen dan file-file yang berbahaya.
Berita selengkapnya dapat dibaca pada tautan di bawah;
Source: BBC