Laporan raksasa teknologi “Out of Sight and Out of Mind” ini didasarkan pada survei global terhadap 1100 pembuat keputusan IT dan jajak pendapat terpisah terhadap lebih dari 8400 pekerja rumahan di AS, Inggris, Meksiko, Jerman, Australia, Kanada, dan Jepang.
Hampir setengah (45%) mengatakan mereka telah membeli peralatan IT seperti printer atau PC untuk mendukung pekerjaan rumahan selama setahun terakhir.
Namun, 68% mengatakan keamanan tidak menjadi pertimbangan besar seperti faktor lain seperti harga atau fungsionalitas saat membeli. Lebih buruk lagi, 43% tidak memeriksa atau menginstal laptop atau PC baru mereka, dan 50% mengatakan hal yang sama tentang printer baru mereka.
Studi menemukan bahwa tim IT juga melewatlam pelaporan insiden. Meskipun tiga perempat (74%) tim IT mengklaim telah melihat peningkatan jumlah karyawan yang membuka tautan atau lampiran phishing berbahaya dalam setahun terakhir, sebagian besar (70%) pekerja rumahan yang mengklik mengatakan bahwa mereka tidak melaporkannya.
Sekitar 83% mengklaim bahwa masalah keamanan pekerja rumahan telah membuat lebih banyak tekanan pada tim IT, dan lebih dari tiga perempat (77%) khawatir staf akan kelelahan sebagai akibatnya.
“Seiring dengan kompleksitas IT yang terus berkembang, dukungan keamanan menjadi lebih susah dikelola. Agar model kerja “hybrid” berhasil, tim keamanan IT perlu dibebaskan dari menghabiskan berjam-jam untuk menyediakan dan memenuhi permintaan akses pengguna sehingga mereka dapat fokus pada tugas yang lebih penting,” kata kepala keamanan global untuk sistem pribadi HP, Ian Pratt.
“KIta membutuhkan arsitektur keamanan baru yang tidak hanya melindungi dari ancaman yang dikenal dan tidak dikenal, tetapi juga membantu mengurangi beban untuk membebaskan tim dan pengguna keamanan siber. Dengan menerapkan prinsip seperti “zero-trust”, organisasi dapat merancang pertahanan yang tangguh untuk menjaga bisnis tetap aman dan pulih dengan cepat jika terjadi kompromi.”
Selengkapnya: Info Security Magazine