Perusahaan multinasional Swiss ABB, penyedia teknologi elektrifikasi dan otomasi terkemuka, telah mengalami serangan ransomware Black Basta, yang dilaporkan berdampak pada operasi bisnis.
Berkantor pusat di Zurich, Swiss, ABB mempekerjakan sekitar 105.000 karyawan dan memiliki pendapatan $29,4 miliar untuk tahun 2022. Sebagai bagian dari layanannya, perusahaan mengembangkan sistem kontrol industri (ICS) dan sistem SCADA untuk manufaktur dan pemasok energi.
Perusahaan bekerja dengan berbagai pelanggan dan pemerintah daerah, termasuk Volvo, Hitachi, DS Smith, Kota Nashville, dan Kota Zaragoza.
“ABB mengoperasikan lebih dari 40 fasilitas teknik, manufaktur, penelitian, dan layanan yang berbasis di A.S. dengan rekam jejak yang terbukti melayani berbagai lembaga federal termasuk Departemen Pertahanan, seperti Korps Insinyur Angkatan Darat A.S., dan lembaga Sipil Federal seperti Departemen Interior, Transportasi, Energi, Penjaga Pantai Amerika Serikat, serta Layanan Pos AS,” bunyi situs web ABB.
Pada 7 Mei, perusahaan tersebut menjadi korban serangan ransomware yang dilakukan oleh Black Basta, sebuah grup kejahatan dunia maya yang muncul pada April 2022.
BleepingComputer telah belajar dari banyak karyawan bahwa serangan ransomware telah memengaruhi Direktori Aktif Windows perusahaan, memengaruhi ratusan perangkat.
Menanggapi serangan itu, ABB menghentikan koneksi VPN dengan pelanggannya untuk mencegah penyebaran ransomware ke jaringan lain.
BleepingComputer secara independen mengkonfirmasi serangan tersebut dari sumber yang mengetahui situasi tersebut dan meminta untuk tetap anonim.
Serangan itu dilaporkan mengganggu operasi perusahaan, menunda proyek dan berdampak pada pabrik.
BleepingComputer menghubungi ABB tentang serangan itu, tetapi mereka menolak berkomentar.
Selengkapnya: Bleeping Computer