Grup Bisnis Filipina mengatakan dalam pernyataan bersama bahwa dampak kejahatan siber di negara itu diperkirakan akan terus meningkat.
Secara global, diperkirakan akan mencapai $ 6 triliun pada tahun 2021 dan hingga $ 10,5 triliun per tahun pada tahun 2025, karena pengguna terus mengabaikan pemberitahuan dan peringatan perusahaan dalam transaksi keuangan. Data ini berdasarkan penelitian Cybersecurity Ventures.
Grup tersebut mengatakan bahwa phishing, smishing, vishing dan skema penipuan online lainnya menargetkan klien bank, pemegang kartu kredit, akun e-wallet, belanja online dan pengguna layanan keuangan online lainnya berada di bawah lonjakan yang signifikan karena adopsi platform online menjadi lazim selama pandemi.
Ada 869 penipuan online yang tercatat dari Maret hingga September tahun lalu, 37 persen lebih tinggi dari 633 insiden yang tercatat pada periode yang sama pada 2019, seperti dikutip data dari Grup Anti-Kejahatan Siber Kepolisian Nasional Filipina.
Pengguna internet Filipina juga mengalami peningkatan 20 persen terkait skimmer kartu kredit online tahun lalu.
Selengkapnya: W Media