Beberapa pelaku ancaman telah menghabiskan dua-tiga tahun terakhir memindai internet secara massal untuk mencari file ENV yang tidak sengaja diunggah dan dibiarkan terbuka di server web.
File ENV, atau file lingkungan, adalah jenis file konfigurasi yang biasanya digunakan oleh alat pengembangan. Kerangka kerja seperti Docker, Node.js, Symfony, dan Django menggunakan file ENV untuk menyimpan variabel lingkungan, seperti token API, kata sandi, dan login database. Karena sifat data yang disimpannya, file ENV harus selalu disimpan di folder yang dilindungi.
“Saya membayangkan botnet sedang memindai file-file ini untuk menemukan kredensial tersimpan yang memungkinkan penyerang berinteraksi dengan database seperti Firebase, atau instance AWS, dll.,” Daniel Bunce, Principal Security Analyst for SecurityJoes, mengatakan kepada ZDNet. “Jika penyerang bisa mendapatkan akses ke kunci API pribadi, mereka dapat menyalahgunakan perangkat lunak,” tambah Bunce.
Pelaku ancaman yang mengidentifikasi file ENV pada akhirnya akan mengunduh file tersebut, mengekstrak kredensial sensitif apa pun, dan kemudian membobol infrastruktur backend perusahaan. Tujuan akhir dari serangan selanjutnya ini bisa apa saja mulai dari pencurian kekayaan intelektual dan rahasia bisnis, hingga serangan ransomware, atau pemasangan malware penambangan kripto yang tersembunyi.
sumber : ZDNET