Pada 14 April 2017, sekelompok peretas misterius yang dikenal dengan Shadow Brokers menerbitkan koleksi alat peretasan yang akhirnya mengubah internet selamanya.
Dikenal sebagai dump “Lost in Translation”, kumpulan file ini mencakup puluhan alat peretasan dan eksploitasi yang dicuri dari Badan Keamanan Nasional AS (NSA), eksploitasi yang banyak orang percaya digunakan oleh AS untuk meretas negara lain.
Diantara banyak file, ada satu file yang telah menghantui dan menyita perhatian komunitas keamanan cyber. Dinamai “sigs.py,” file ini adalah apa yang banyak orang anggap sebagai harta karun operasi spionase siber dan ancaman intelijen. File tersebut diyakini sebagai pemindai malware sederhana yang akan digunakan operator NSA pada komputer yang diretas dan digunakan untuk mencari keberadaan APT lainnya (ancaman persisten tingkat lanjut, istilah yang digunakan untuk menggambarkan grup peretasan negara-bangsa).
Isinya 44 signature untuk mendeteksi file (alat peretasan) yang digunakan oleh kelompok peretasan lain, diberi nomor dari #1 hingga #45, dengan nomor #42 hilang. File tersebut segera memikat para peneliti keamanan. Banyak yang menyadari bahwa mereka bahkan belum mendeteksi APT sebanyak NSA.
Juan Andres Guerrero-Saade, seorang mantan peneliti keamanan di Kaspersky dan Google, mengatakan bahwa setelah mengidentifikasi file yang terkait dengan signature ini, ia percaya signature #37 sebenarnya untuk melacak grup peretasan baru sekaligus, yang ia yakini mungkin berbasis di Iran. Ia memberi nama grup baru ini, Nazar APT, berdasarkan string yang ditemukan di dalam malware.
Berita selengkapnya dapat dibaca pada tautan di bawah:
Source: ZDNet