• Skip to main content

Naga Cyber Defense

Trusted Security for all of Indonesia

  • Home
  • About
  • Programs
  • Contact
  • Blog
You are here: Home / Archives for OS

OS

Kerentanan Wormable yang mempengaruhi Microsoft SMBv3 CVE-2020-0796

March 18, 2020 by Winnie the Pooh

 

Pada Maret 2020 Microsoft merilis laporan keamanan, ADV200005 | Panduan Microsoft untuk Menonaktifkan Kompresi SMBv3, untuk kerentanan eksekusi kode jarak jauh (RCE) yang baru. Tak lama setelah laporannya dirilis, Microsoft mengeluarkan patch out-of-band untuk melindungi pengguna yang terkena dampak dari CVE-2020-0796. Patch out-of-band biasanya dirilis di luar periode pembaruan yang diharapkan untuk vendor. Dalam kasus khusus ini, Microsoft selalu merilis pembaruan di Patch Tuesday (setiap hari selasa setiap bulannya), yang jatuh pada dua hari sebelum pembaruan out-of-band ini.

 

Kerentanan ini ada dalam Microsoft Server Message Block 3.0 (SMBv3), khususnya mengenai header kompresi yang jelek. Header kompresi adalah fitur yang ditambahkan ke paket permintaan konteks negosiasi SMBv3 pada Mei 2019. Untuk eksploitasi yang tidak terautentikasi, penyerang perlu membuat paket SMBv3 yang berisi header kompresi yang jelek ke Server SMBv3 yang rentan. Untuk klien SMBv3 dibutuhkan untuk memikat pengguna agar terhubung ke server SMBv3 yang dikompromikan yang mereka kontrol. Pada saat rilis, Microsoft menegaskan bahwa mereka belum melihat kerentanan dieksploitasi di dunia nyata (ITW).

 

Kerentanan ini hanya memengaruhi SMBv3 dan versi berikut dari sistem operasi Microsoft Windows:

 

Windows 10 build 1903 and 1909 – 32-bit, x64 and ARM64 systems

Windows Server build 1903 and 1909 – 32-bit, x64 and ARM64 systems

 

Laporan lebih lanjut mengenai kerentanan ini dapat dibaca pada tautan di bawah ini;

Source: Palo Alto Networks | Sophos

 

Tagged With: Microsoft, SMBv3, Threat Brief, Vulnerability

Malware Android mencuri cookie untuk membajak akun media sosial

March 16, 2020 by Winnie the Pooh

Para peneliti di Kaspesky telah menemukan dua modifikasi malware Android baru yang, jika digabungkan, dapat mencuri cookie yang dikumpulkan oleh browser pengguna dan aplikasi media sosial untuk memungkinkan penyerang diam-diam mendapatkan kontrol atas akun korban.

 

Cookie adalah data kecil yang dikumpulkan oleh situs web untuk melacak aktivitas pengguna secara online untuk menciptakan pengalaman yang dipersonalisasi di masa depan. Namun di tangan yang salah, mereka dapat menimbulkan risiko keamanan karena cookie menggunakan ID sesi unik yang mengidentifikasi pengguna tanpa memerlukan kata sandi atau login. 

 

Dengan kata lain, jika seseorang mencuri cookie browser Anda, mereka dapat masuk ke akun Anda tanpa perlu login. Inilah yang dilakukan kedua Trojan baru ini dengan pengkodean serupa yang dikendalikan oleh server perintah dan kontrol (C&C) yang sama.

 

Analis malware di Kaspersky, Igor Golovin menjelaskan dalam siaran pers bahwa “Dengan menggabungkan dua serangan, pencuri cookie menemukan cara untuk mendapatkan kendali atas akun korban mereka tanpa menimbulkan kecurigaan. Meskipun ini merupakan ancaman yang relatif baru — sejauh ini, hanya sekitar 1.000 orang yang ditargetkan — angka itu terus bertambah dan kemungkinan besar akan terus berlanjut, terutama karena sangat sulit untuk dideteksi oleh situs web. Meskipun kita biasanya tidak memperhatikan cookie ketika kita menjelajahi web, mereka masih merupakan cara lain untuk memproses informasi pribadi kita, dan kapanpun data tentang kita dikumpulkan secara online, kita perlu memperhatikannya.”

 

Pembajakan akun adalah masalah yang semakin meningkat, karena penyerang berupaya menyebarkan malware dan tautan phishing berbahaya melalui korban ke kontak mereka — ini adalah rekayasa sosial dasar. Jika Anda menerima pesan Facebook dari seorang teman, Anda akan lebih cenderung mengklik tautan atau membuka lampiran tersebut daripada jika itu dari seseorang yang tidak Anda kenal.

 

Berita selengkapnya dapat di baca di tautan berikut;

Source: Tech Radar | Forbes | Express UK

Tagged With: Android, Cookie stealer, Malware, Trojan

Pembaruan Keamanan Darurat Windows 10: Microsoft Mendesak Pengguna Untuk ‘Mengambil Tindakan’

March 14, 2020 by Winnie the Pooh

Microsoft telah mendesak pengguna Windows 10 untuk memasang pembaruan keamanan out of band untuk memperbaiki kerentanan kritis yang diberi nama SMBGhost atau EternalDarkness oleh kebanyakan vendor keamanan. Kerentanan ini mempengaruhi protokol komunikasi jaringan Server Message Block (SMB) dan bersifat wormable atau dapat menyebar ke satu perangkat ke perangkat lainnya.

 

Out of band adalah istilah yang dipakai ketika pembaruan dirilis di luar jadwal yang telah ditentukan, jadwal pembaruan Microsoft biasanya dirilis pada hari Selasa pada minggu ke-2 setiap bulannya.

 

Kieran Roberts, kepala penetration testing di Bulletproof, pada saat kebocoran mengatakan bahwa “SMB adalah protokol yang digunakan untuk berbagi file, ini adalah protokol yang sama yang rentan terhadap EternalBlue (CVE-2017-0144), Eksploit yang dikembangkan oleh NSA dan digunakan untuk serangan ransomware WannaCry. Tampaknya kerentanan baru ini memiliki beberapa kesamaan dengan EternalBlue. Ini berarti bahwa kerentanan baru ini dapat mengakibatkan kebangkitan serangan ransomware seperti WannaCry dan NotPetya, yang keduanya menggunakan eksploitasi EternalBlue yang sangat mirip.”

Microsoft mengatakan bahwa penting untuk dicatat bahwa pembaruan KB4551762 perlu diterapkan bahkan jika Anda menginstal pembaruan Patch Tuesday. Perbarui keamanan pada Windows 10 Anda sesegera mungkin.

 

Berita selengkapnya dapat dibaca pada tautan berikut;

Source: Forbes

Tagged With: Microsoft, NotPetya, SMB, Vulnerability, WannaCry, Windows 10

Waspada Pengguna Android: Inilah Alasan Anda Tidak Boleh Hanya Mengandalkan Perlindungan Malware Google Play Protect

March 12, 2020 by Winnie the Pooh

Google telah memamerkan perlindungan malware bawaan untuk Android, Play Protect, tahun ini dengan slogan “mengamankan 2 miliar pengguna setiap hari.” 

Namun penelitian oleh organisasi pengujian independen AV-TEST menemukan bahwa alat pindai Google Play Protect hanya mampu mendeteksi sekitar sepertiga sampel malware dari total 6.700. Dengan kata lain, 4.000 contoh malware dapat menyelinap melalui perlindungan keamanan Google sendiri. 

 

Hasilnya sangat buruk sehingga para peneliti sangat menganjurkan bagi pengguna Android untuk menginstal salah satu aplikasi lain yang telah diuji oleh lab di samping Google Play Protect. “Tes saat ini menunjukkan bahwa pengguna Android tidak boleh hanya mengandalkan Play Protect,” kata para peneliti.

 

Laboratorium AV-TEST menguji 17 aplikasi keamanan Android melalui pengujian tiga bagian. Dari semua aplikasi yang diuji, Google Play Protect mencapai hasil yang terburuk sejauh ini.

 

John Opdenakker seorang profesional di industri keamanan siber, mengatakan tes ini “mengkonfirmasi apa yang sebenarnya sudah kita ketahui sejak lama” –Google “tidak melindungi penggunanya dari mengunduh aplikasi yang terinfeksi malware dari Play Store-nya.”

Dia mengatakan hasil tes “cukup mengejutkan” dan menyarankan pengguna Android untuk “tidak bergantung pada kemampuan deteksi malware Google dan menginstal aplikasi keamanan tambahan.”

 

Namun, ketika memilih aplikasi keamanan, sebaiknya Anda mempertimbangkan laporan ini dengan kritis. Lakukan riset sendiri dan selalu pastikan Anda mempercayai aplikasi sebelum mengunduhnya. Perhatikan, misalnya, bahwa Cheetah Mobile termasuk dalam tes pembandingan ini, dan ini adalah aplikasi yang dihapus dari Play Store untuk masalah keamanan yang diketahui.

 

Daftar aplikasi keamanan dapat dilihat pada tautan di bawah ini;

Source: Forbes | AV-TEST

Tagged With: Android, Google Play Protect, Malicious Applications, Security Mobile

Cara Memperbarui Android Super Tua Anda Agar Tidak Mudah Diretas

March 10, 2020 by Winnie the Pooh

Penelitian baru oleh Which? telah menemukan bahwa dua dari lima (40%) pengguna Android di seluruh dunia tidak lagi menerima pembaruan keamanan penting dari Google dan berpotensi diserang oleh peretas.

 

Para peneliti dari Which? menguji serangkaian ponsel termasuk model dari Motorola, Samsung, Sony dan LG / Google dan menemukan kerentanan termasuk memungkinkan peretas mencuri informasi pribadi, mengambil kendali penuh atas telepon atau tagihan besar untuk layanan yang belum digunakan pemilik ponsel itu sendiri. 

 

Mereka mengatakan, “Perangkat yang baru saja dihentikan masa dukungannya tidak akan langsung mengalami masalah, tetapi tanpa pembaruan keamanan, risiko bagi pengguna yang diretas naik secara drastis. Secara umum, semakin tua telepon, semakin besar resikonya.”

 

Which? memberikan beberapa tips untuk pengguna Android agar tetap aman, berikut tips nya;

1. Perbarui versi Android Anda. 

Jika Anda tidak dapat memperbarui ke versi yang lebih baru, Anda harus mempertimbangkan bahwa risiko penggunaan perangkat Anda akan meningkat – terutama jika Anda menjalankan versi Android 4 atau lebih rendah.

2. Jika pembaruan tidak tersedia dan Anda masih ingin menggunakan ponsel tersebut, berikut saran yang mungkin membantu sampai Anda melakukan pembaruan;

a. Hati-hati dengan apa yang Anda unduh

b. Perhatikan apa yang Anda klik

c. Buat cadangan data Anda

d. Gunakan antivirus pada ponsel Anda

 

Berita selengkapnya dapat diakses pada tautan di bawah;

Source: Which? | Beberapa saran penggunaan ponsel lama dari Which? | Life Hacker

Tagged With: Android, Google, Old Phone, Security Update, Vulnerability

Linux adalah sistem operasi yang paling rentan, bukan Windows 10

March 10, 2020 by Winnie the Pooh

Thebestvpn.com telah menyusun analisis mengenai ‘kerentanan teknis’ dalam perangkat lunak populer antara tahun 1999 – 2019. Mereka menggunakan data dari National Institute of Standards and Technology’s National Vulnerability yang selalu memperbarui data nya setiap hari.

 

Pada laporan itu tercatat bahwa Debian, salah satu OS Linux, berada di urutan teratas dengan 3.067 kerentanan, menjadikan Debian sebagai sistem operasi yang paling bermasalah selama dua dekade terakhir. Yang disusul oleh Android dengan 2.563 kerentanan, lalu kernel Linux di tempat ketiga dengan jumlah 2.357. MacOS Apple hanya sedikit di belakang mereka dengan 2.212, dan Ubuntu di tempat kelima dengan jumlah 2.007 kerentanan.

 

Dengan ini menggarisbawahi bahwa keamanan sistem operasi Windows mungkin tidak selemah yang Anda kira, setidaknya secara historis, dan memang bahwa pengguna Linux dan Mac tidak kalah berisiko nya dengan pengguna Windows.

 

Laporan selengkapnya dapat dibaca pada tautan di bawah ini;

Source: The Best VPN | Tech Radar | Foss Bytes

Tagged With: Linux, Microsoft, OS, Vulnerability, Windows

Seorang Mantan Hacker memperlihatkan cara Mencuri malware Mac dari negara-negara maju

March 3, 2020 by Winnie the Pooh

Pada konferensi Keamanan RSA minggu lalu, Patrick Wardle, yang sekarang menjadi peneliti keamanan di perusahaan manajemen macOS dan iOS, Jamf, menunjukkan bagaimana menggunakan kembali malware Mac lama bisa menjadi pendekatan yang lebih cerdas untuk menyebarkan ransomware, alat mata-mata akses jarak jauh, dan jenis kode berbahaya lainnya.

 

Wardle mengatakan, “Ada kelompok peretas yang didanai dengan sangat baik dengan sumber daya yang baik, dan sangat termotivasi di lembaga tiga huruf yang menciptakan malware luar biasa yang memiliki banyak fitur dan juga sepenuhnya diuji. Idenya adalah: mengapa tidak membiarkan grup-grup di agensi-agensi ini menciptakan malware mereka dan jika Anda seorang hacker pergunakanlah kembali hanya untuk misi Anda sendiri.”

 

Untuk membuktikan maksudnya, Wardle menggambarkan bagaimana ia mengubah empat bagian malware Mac yang telah digunakan dalam sebuah serangan selama beberapa tahun terakhir. Repurposing menyebabkan malware melaporkan ke server perintah milik Wardle daripada server yang ditunjuk oleh pengembang. Dari sana, Wardle memiliki kendali penuh atas malware yang telah ia didaur ulang.

 

Wardle menggunakan teknik yang sama untuk ketiga malware lainnya. Malware tersebut termasuk Fruitfly, alat akses jarak jauh yang mencuri jutaan gambar pengguna, banyak di antaranya gambar telanjang, lebih dari 13 tahun sebelum akhirnya ditutup, sebuah aplikasi ransomware yang ditemukan pada tahun 2016, dan Windtail, yang menargetkan sebagian besar lembaga pemerintah dan perusahaan di Timur Tengah.

 

Baca berita selengkapnya pada link di bawah ini;

Source: Ars Technica

Tagged With: iOS, MacOS, Malware, Repurposing

Clipboard pada perangkat Apple terbuka untuk dieksploitasi

February 27, 2020 by Winnie the Pooh

Beberapa hari yang lalu, Forbes telah melaporkan bahwa ada celah keamanan pada produk Apple, yaitu pada clipboard iPhone dan iPad yang dapat dieksploitasi oleh aplikasi “jahat” pada perangkat itu untuk “mencuri” data apa pun yang disalin ke clipboard. Menanggapi hal ini, Apple berpandangan bahwa ini hanyalah fungsi salin dan tempel yang berfungsi seperti biasa.

 

Risiko muncul karena, seperti yang dijelaskan Apple, pengguna dapat menggunakan Universal Clipboard “untuk menyalin dan menempel di antara perangkat Apple pengguna dan dapat menyalin konten seperti teks, gambar, foto, dan video di satu perangkat Apple, lalu menempel konten di perangkat lain” yang secara teoritis membuat masalah menjadi lebih buruk.

 

Peneliti Talal Haj Bakry dan Tommy Mysk memperlihatkan bagaimana kerentanan ini dapat disalahgunakan pada video dibawah ini.

 

Friends!

It is not only photos that KlipboardSpy can steal.

Thanks to remarks from @MayaErgas, we added a video showing how KlipboardSpy on iPad or iPhone can steal text from Mac by spying on Universal Clipboard

Read the full article at https://t.co/IzHClZxFw1 pic.twitter.com/IXEmuSnzAn

— Mysk (@mysk_co) February 26, 2020

Seperti banyak “kerentanan” lainnya, para peneliti telah mengidentifikasi lubang keamanan yang berpotensi, bukan lubang keamanan yang telah dieksploitasi secara aktif. Tetapi, dengan kelompok-kelompok ancaman yang disponsori negara dan jaringan-jaringan kriminal terorganisir yang menyerang sistem operasi sebagai suatu rutinitas, setiap cacat potensial memberikan titik awal untuk suatu eksploitasi.

 

Source: Forbes

Tagged With: Apple, Clipboard, iOS, KlipboardSpy

  • « Go to Previous Page
  • Page 1
  • Interim pages omitted …
  • Page 73
  • Page 74
  • Page 75
  • Page 76
  • Page 77
  • Interim pages omitted …
  • Page 81
  • Go to Next Page »

Copyright © 2025 · Naga Cyber Defense · Sitemap

Cookies Settings
We use cookies on our website to give you the most relevant experience by remembering your preferences and repeat visits. By clicking “Accept”, you consent to the use of ALL the cookies.
Do not sell my personal information.
AcceptReject AllCookie Settings
Manage consent

Privacy Overview

This website uses cookies to improve your experience while you navigate through the website. Out of these, the cookies that are categorized as necessary are stored on your browser as they are essential for the working of basic functionalities of the website. We also use third-party cookies that help us analyze and understand how you use this website. These cookies will be stored in your browser only with your consent. You also have the option to opt-out of these cookies. But opting out of some of these cookies may affect your browsing experience.
Necessary
Always Enabled
Necessary cookies are absolutely essential for the website to function properly. These cookies ensure basic functionalities and security features of the website, anonymously.
Functional
Functional cookies help to perform certain functionalities like sharing the content of the website on social media platforms, collect feedbacks, and other third-party features.
Performance
Performance cookies are used to understand and analyze the key performance indexes of the website which helps in delivering a better user experience for the visitors.
Analytics
Analytical cookies are used to understand how visitors interact with the website. These cookies help provide information on metrics the number of visitors, bounce rate, traffic source, etc.
CookieDurationDescription
_ga2 yearsThe _ga cookie, installed by Google Analytics, calculates visitor, session and campaign data and also keeps track of site usage for the site's analytics report. The cookie stores information anonymously and assigns a randomly generated number to recognize unique visitors.
_gat_gtag_UA_172707709_11 minuteSet by Google to distinguish users.
_gid1 dayInstalled by Google Analytics, _gid cookie stores information on how visitors use a website, while also creating an analytics report of the website's performance. Some of the data that are collected include the number of visitors, their source, and the pages they visit anonymously.
Advertisement
Advertisement cookies are used to provide visitors with relevant ads and marketing campaigns. These cookies track visitors across websites and collect information to provide customized ads.
Others
Other uncategorized cookies are those that are being analyzed and have not been classified into a category as yet.
non-necessary
SAVE & ACCEPT
Powered by CookieYes Logo