Seperti yang telah diberitakan sebelumnya, pada hari Rabu minggu lalu Twitter mengalami insiden peretasan besar yang berdampak pada beberapa akun bercentang biru-nya.
Peretasan ini diduga karena adanya seorang karyawan Twitter yang jatuh kedalam serangan social engineering yang dilakukan oleh seorang peretas. Kejadian ini berujung dengan para penipu yang mendapatkan sejumlah uang dalam bentuk Bitcoin dan rusaknya reputasi brand Twitter sendiri.
Ini bukan pertama kalinya Twitter menjadi korban serangan social engineering. Pada tahun 2019, CEO Twitter Jack Dorsey menjadi target dari berbagai jenis serangan social engineering yang dikenal sebagai SIM swapping. Dalam insiden itu, Dorsey kehilangan kendali atas nomor ponsel pribadinya dan Twitter handle setelah peretas menggunakan informasi pribadinya, termasuk informasi tentang operator seluler yang ia gunakan, untuk mentransfer kendali atas nomornya kepada para peretas.
Masalah Yang Sulit Dipecahkan
Tidak ada organisasi yang kebal dalam serangan siber, penyerang terus menemukan cara untuk memanfaatkan kelemahan manusia untuk dapat masuk ke sebuah sistem perusahaan.
Ini adalah masalah yang terkenal di dunia TI, dan ini adalah masalah yang sulit untuk dipecahkan. Ada lebih dari selusin jenis serangan social engineering. Yang paling umum adalah email “phising”, di mana pesan yang diduga dari kolega atau manajer meminta untuk mengatur ulang kata sandi atau membantu mengakses sebuah sistem.
Masalahnya adalah, semakin banyak orang menggunakan Internet, semakin banyak pula informasi yang dapat diperoleh peretas untuk melakukan serangannya. Dalam kasus Twitter, pelanggaran awal telah ditelusuri sampai ke akses peretas dari sebuah obrolan internal di Slack. Pengetahuan tentang struktur perusahaan Twitter dan peran serta gaya komunikasi karyawannya mungkin membuat serangan itu lebih canggih dan membantu rencana serta memengaruhi dampak pelanggaran.
Praktik ini, umumnya dikenal oleh para ahli sebagai pengintaian siber, menguatkan lebih dari 90 persen serangan siber yang sukses saat ini, menurut laporan dari Verizon.
The New York Times telah melaporkan bahwa sosok bayangan yang dikenal sebagai “Kirk” adalah biang keladi di balik serangan Twitter baru-baru ini. Meskipun belum diketahui taktik social engineering mana yang dimanfaatkan untuk mendapatkan akses itu, kampanye Kirk pasti melibatkan salah satu teknik soceng (Social Engineering).
Perangkat cybersecurity generasi berikutnya perlu berfokus pada kebersihan dunia maya, secara aktif menyediakan pengelihatan tentang informasi apa saja yang berkaitan dengan perusahaan dan karyawannya yang tersedia di publik, dan menemukan cara untuk mengurangi atau menghilangkan jejak itu, melindungi tidak hanya perusahaan tetapi juga privasi dan integritas masing-masing individu.
Berita selengkapnya dapat dibaca pada tautan di bawah ini;
Source: Slate